JAKARTA - Selama ini, dukungan parpol dan elit ke Anies tidak maksimal karena dua faktor. Pertama, banyak yang tidak yakin Anies dapat tiket untuk nyapres. Di kalangan elit, baik itu kalangan politisi maupun pengusaha, Anies akan jadi tersangka KPK. Kasus Formula E oleh pihak penguasa isunya akan dipaksakan untuk jerat Anies. Satu tujuanya: jegal Anies agar tidak bisa nyapres.
Anda yang berjumpa dan bergaul dengan kalangan elit pasti merasakan betapa mereka begitu yakin bahwa Anies tidak dapat nyapres. Apa yang diungkap oleh majalah tempo beberapa waktu lalu terkait "ngototnya" oknum pimpinan KPK untuk mentersangkakan Anies adalah info yang sangat meyakinkan. Inilah yang menyebabkan sejumlah selama ini kurang melirik dan menghitung Anies.
Baca juga:
Tony Rosyid: Siapa Pasangan Ideal Anies?
|
Kedua, sejumlah parpol telah tersandera. Bukan parpolnya, tapi tepatnya adalah pimpinan atau kader parpol. Seorang pimpinan parpol berseloroh: jika tidak mendukung Anies, partainya bisa bubar di pileg 2024. Karena tidak mencapai batas minimum Parlementary Threshold 4 persen. Tapi, jika sekarang dukung Anies, sekarang juga partainya bubar. Minimal ketumnya dimakzulkan.
Tanggal 3 Oktober 2022, setelah Nasdem deklarasikan Anies, situasi politik berubah. Keyakinan bahwa Anies akan jadi tersangka mulai meredup. Seperti yang diungkap Majalah Tempo, risiko sosial-politiknya terlalu besar jika mentersangkakan Anies setelah deklarasi. Dari sini kita lihat, hukum telah menjadi alat politik. Hukum tidak lagi jadi panglima, tapi diperbudak untuk sebuah kepentingan. Rakyat memahami situasi ini sekarang.
Setelah Nasdem deklarasi, kini giliran Demokrat secara resmi menyatakan dukungannya kepada Anies (26/1/2023). PKS? Tak ada pilihan strategis bagi PKS kecuali dukung Anies. Lebih dari 80 persen pemilih PKS mengingkan Anies presiden
Nasdem, PKS dan Demokrat hanya menunggu hari untuk deklarasi bersama. Demokrat sudah usulkan untuk membuat sekber (sekretariat bersama). Dari sini, soliditas koalisi perubahan mulai terbentuk setelah berbulan-bulan tim kecil perwakilan dari tiga partai tersebut merumuskan koalisi.
Nampaknya, tidak begitu lama lagi, tiga partai ini akan segera mendeklarasikan Anies. Berikutnya deklarasi Anies-Khofifah. Sampai di sini, cukup sudah syarat 20 persen Presidential Threshold (PT) dan pasangan capres-cawapres. Setelah itu, tiga partai dengan semua konstituennya bersama seluruh relawan Anies dan Khofifah akan all out berkampanye.
Bisa dibayangkan, Anies bersama Nasdem saja selama ini bisa membuat penuh isi lapangan. Bagaimana jika Anies-Khofifah dengan dukungan infrastruktur jaringan tiga partai dan warga Nahdhiyin.
Baca juga:
5 Alasan Mengapa Anies Harus Jadi Presiden
|
Road show Anies-Khofifah di semua daerah, termasuk Jawa Timur dan Jawa Tengah, wilayah yang selama ini belum diinjak oleh Anies, akan menjadi lautan massa pendukung yang luar biasa besar. Boleh jadi massa 212 akan kalah besar dalam jumlah dengan massa Anies-Khofifah saat acara kampanye.
Anies-Khofifah menjadi titik temu massa pendukung yang selama ini berseberangan. Warga Nahdhiyin sebagian besar ke Jokowi di pilpres 2019. Kiai Ma'ruf Amin menjadi faktor yang menarik gerbong Nahdhiyin ke Jokowi. Ketika Khofifah dipasangkan dengan Anies, maka gerbong Nahdhiyin akan ketarik ke Anies. Ini akan menciptakan gelombang dukungan yang sangat besar.
Pasangan Anies-Khofifah, selain menjadi magnet dukungan yang sangat besar, pasangan ini juga akan menghalau banyak hal. Pertama, pasangan ini akan mengahalau upaya kriminalisasi, baik kepada Anies maupun kepada Khofifah. Mentersangkakan salah satu, atau keduanya, itu nekat namanya. Gelombang massa bisa mengancam stabilitas negeri ini. Bukan hanya pendukung Anies yang marah, tapi warga Nahdhiyin juga akan sangat tersinggung. Jika kemarahan ini dikonsolidasikan oleh kekuatan tiga partai koalisi perubahan, maka akan menjadi petaka besar bagi bangsa ini.
Kedua, pasangan Anies-Khofifah akan menghalau berbagai bentuk fitnah. Balck campaign berupa politik identitas, wahabi, radikalisme dan kadrun yang selama ini dituduhkan ke Anies, dengan sendirinya akan sirna.
Ketiga, pasangan Anies-Khofifah akan menghalau segala bentuk ancaman, khususnya di Jawa Tengah. Publik tahu, Anies tidak pernah hadir di tengah massa Jateng, salah satunya karena ingin menghindari potensi benturan. Ketika Khofifah hadir dan mendampingi Anies, warga Nahdhiyin di Jateng yang jumlahnya cukup besar, pasti akan menjaga mantan ketua muslimat NU ini.
Dukungan yang semakin besar dan herois kepada pasangan Anies-Khofifah akan menjadi magnet besar bagi partai-partai politik untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan. Secara politik, Anies-Khofifah adalah pasangan yang mempesona. Di sinilah koalisi perubahan berpeluang untuk mendapatkan dukungan dari banyak partai.
Jakarta, 28 Januari 2023
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa